Hai, Selamat Berkepala Dua.

 Haiiii....

Selamat Berkepala Dua Ya.


Tepat pada hari ini, pada tanggal 25 Juli ini. Aku hanya ingin mengucapkan ;

“Selamat bertambahnya usia, selamat bertambahnya beban hidup dan selamat kau bukan lagi anak-anak yang berusia 2 tahun. Hehehe....”

Bagian teristimewa dari berkepala dua ini adalah bisa menikmati pikiran yang mau menyenangkan semua orang, tapi lupa dengan kebahagiaan diri sendiri. Why? Entahlah, saya pun tidak mengerti. Mungkin selama 20 tahun berjalan. Kenikmatan yang dirasakan bukanlah keindahan, melainkan cucuran darah yang ada. Bukan, bukan darah yang manusia yang merah dan nampak di pandang orang. Tapi darah yang juga berwarna merah dan tidak tampak di pandangan banyak orang. Hanya aku yang bisa merasakan hal itu. Selamat berkepala dua, itulah ucapan aku untuk menyemangati diriku sendiri. Keluar dari zona nyaman dan ragu melangkah menuju medan perang. Jujur saja aku takut untuk menjadi dewasa. Walaupun waktu terus berjalan. Tapi kenapa waktu harus cepat berlalu. Apakah tidak bisa untuk berhenti sejenak?. Itu mustahil.

Aku yang tidak ingin menjadi dewasa secepat ini. Dan aku tidak ingin menjadi anak kecil yang sering diperintah-perintah oleh para saudaraku.  Ya, salah satu bagian terpahit didalam diriku. Anak bungsu yang ingin dimanja, tapi itu hanyalah omong kosong saja. Mungkin tidak seperti keluarga lainnya. Cover dikeluarga memanglah harmonis, tapi tidak dengan isinya. Rasa pahit kenangan yang sangat berat dilalui. Akan tetapi, aku tidak bisa melawan rasa itu. Karena itulah salah satu rumah yang harus aku tinggal dan harus ikhlas merasakan kenyamanannya. Aku ikhlas dan aku selalu bersyukur.

Biarpun aku merasakan tidak diharga tapi itulah salah satu tempat di awal kehidupanku. Aku mungkin tidak ada didunia ini kalau tidak ada mereka. Dari merekalah aku belajar banyak hal untuk bertahan dalam rasa kepahitan. Keluargaku memang harmonis dan lengkap. Hanya saja aku dididik dan dibesarkan dari rasa emosional mereka. Bukan dari rasa manjab atau rasa apapun itu. Aku berfikir bahwa mereka menyayangiku dengan cara berbeda. “Dan pasti nya, juga bisa merusak psikologi anak" kata usiaku di umur 20 tahun.

Aku tidak ingin mengatakan "selamat" dan tidak ingin menuliskan judul di atas dengan rasa semangat untuk memberikan ucapan "selamat". Aku takut untuk memulai diusia semakin dewasa. Takut akan kegagalan, takut tidak mempunyai teman yang bisa membantu, takut tidak menemukan cinta sejati dan takut dihari menuanya orang tua sedangkan aku yang belum bisa memberikan sesuatu yang istimewa. Apalagi jika tidak ada orangtua mungkin para saudaraku gila atas harta mereka. Astagfirullah, aku tidak bisa membayangkannya. Aku tidak mungkin membuang atau meninggalkan saudara kandungku sendiri, karena aku tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa mereka. Sabar, pasti bisa untuk membalas luka menjadi keindahan.


"Pulanglah ketempat dimana yg membuatmu tenang.

Dan pergilah ketempat dimana yg bisa dihargai. Jika itu harus."

 

Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri dan aku merindukan diriku yang dulu. Bukan tentang usia atau tentang cerita masa lalu. Tapi ini tentang, bagaimana kau bisa bersyukur setiap usia. Selama hidupku rasa marah bahkan rasa kecewa dengan manusia pun semakin meningkat. Mungkin luka ini semakin membesar dan tidak dapat diobati. Aku ingin sembuh, sembuh total dengan luka selama ini. Sampai aku berdoa kepada Tuhan "jangan ambil kedua orangtuaku dulu. Aku ingin membuktikannya bahwa aku bukan anak manja seperti kata orang diluar sana. Aku anak didik yang dibesarkan dari emosional kalian yang ingin terlihat baik-baik saja. Dan aku bisa sukses dan mengalahkan rasa pahit yang selama ini aku pendam." Begitulah yang terlintas dipikiran aku setiap bersujud dihadapan-Nya.

Menangislah sesuka hatimu. Kau bukan lemah untuk menangis, tapi kau menangis karena kau tak mampu untuk melawan yang tidak seharusnya dilawan. Selama usia bertambah aku terus menangis didalam diamku. Emang sok kuat kata orang lain, itu hanyalah perkataan orang saja. Sedangkan yang terjadi adalah aku ingin bercerita dengan teman atau sahabat, akan tetapi malah sebaliknya yang dimana malah mereka yang bercerita masalah percintaannya. Kapan aku punya celah untuk menangis dihadapan mereka? Dari situlah aku menahan segala cerita dan air mata yang ingin tumpah dihadapan mereka. Hanya keceriaan dan senyuman yang begitu beribu alasan untuk aku tetap bertahan. Itulah diriku yang dari dulu sampai berumur 20 tahun, berbohong jika tidak bisa menangis.

Terus hilang dan akan terus hilang ketika sudah mempunyai suasana yang baru. Sama seperti dimasa perkuliahan. Aku tiba-tiba saja ingin hilang dan tidak ingin berkontakkan dengan teman-temanku di SMA. Mengaku "temanku" tapi hanya mengenal nama saja dan selalu menusuk dari belakang tanpa tau cerita sebenarnya. Udah biasa selama 20 tahun ini. Percintaan yang orang lain idam-idamkan pun, aku tidak pernah seperti itu. Mungkin saat ini aku harus mencintai diriku sendiri dan menghargai diriku sendiri. Menunggu dan pura-pura bahagia sudah menjadi kebiasaanku. Menutup serapat-rapatnya tentang tangisanku adalah hobiku.

Hobiku selanjutnya, bukan tidak ingin menjalani silahturahmi dengan yang lama atau yang dulu. Mungkin saja mereka hanya nyaman dengan orang yang selalu ada dengan mereka. Makanya setiap aku diajak, kalau nggak nolak bisa jadi aku menolaknya. Menolak dengan banyak alasan juga, hehehe…Tapi kebanyakan kejadian adalah aku tidak pernah diajak oleh mereka yang hanya mengenalku dari nama ataupun yang sudah mengenalku dari awal. Jangan tanya kenapa, ada apa, dan kok bisa? sekali lagi aku juga tidak tauuu!. Hiks. Tapi nggakpapalah aku senang juga yang menghindari resiko ajakan teman. Duit dan bensin pun jadi irit kan? Betul nggak??? Wkwkwkwk. Canda teman-temanku yang akan membaca ini. Aku sangat senang jika kalian mengingatku kok.

 

“Karena Kebahagiaan Bukan Tentang Angka.

Tetapi Nilai Dari Segalanya”


Dulu suka lupa waktu kalau udah cerita. Sekarang bahkan untuk sekedar ngobrol aja kita udah gak bisa. Aku rindu akan pertemanan walaupun siklus pertemanan selalu seperti itu. Aku sudah menyadarinya ketika lulus dari SMA. Malahan aku saat ini merasakan tidak mempunyai kenangan indah dari SMP ataupun SMA, entah kenapa dimemoriku merasakan kemarahan dan berakhir membuang kenangan itu. Pengen rasanya berteriak di hadapan mereka juga, tapi buat apa juga ya kan. Dewasa adalah ketika kau harus marah, tetapi kau lebih memilih untuk memahami. Sefrekuensi itu cuma sementara, semua bakal pergi ketika ada orang baru yang lebih asik. Dan mau sefrekuensi apapun sirkel pertemanan, pasti semua akan Lost contact pada waktunya. Itulah mengapa aku sangat cepat melupakan sesuatu yang menyenangkan. Mungkin nggak nyambung, tapi kalau dipikir-pikir bakalan betul juga kok.

Aku bersyukur dan sangat-sangat bersyukur. Walaupun aku belum berani memulai yang baru takut tidak dihargai dan malah menjadikan kehilangan. Ada kenyataan yang bagaimana seseorang akan merasakan lebih tenang dan nyaman ketika berada ditempat yang dimana mereka dihargai dan diapresiasi. Selama kehidupan aku. Aku merasakannya bahkan diumurku 20 tahun ini. Banyak sekali ketakutan ketika bertemu orang banyak yang melupakan bagaimana cara menghargai seseorang. Aku merasakan keindahan dari proses yang sudah berjalan bersama waktu. Waktu dan semesta memang begitu indah. Waktu dan semesta tidak bisa dilawan. Waktu dan semesta yang banyak mengajarkan sesuatu untuk bertahan dari kehidupan. Aku yang selalu khawatir ketika aku mengucapkan "selamat". Entah itu selamat datang ataupun selamat tinggal. Mengerikan. Tapi aku tetap percaya aku lebih kuat dari yang aku pikir.

Tinggal selangkah untuk aku membuktikan kepada orang tua. Bahwa aku sudah tidak membebani mereka didunia pendidikan. Hampir 20 tahun lebih setahun, aku menempuh dunia pendidikan. Bosan dan muak dengan sistem yang berjalan sejak aku SD. Dengan aku bekerja, mempunyai pekerjaan tetap diperusahaan yang sudah dikenal dan gaji pertama yang akan aku berikan kepada orangtua. Impian disemua orang yang harus aku kejar juga. Begitulah aku bisa melawan dan berjuang berdampingan dengan semesta yang bisa keluar dari sistem yang buruk itu. Sekarang mikirnya hanya cuan cuan dan cuan. Berat sekali jikalau manusia sama-sama berusaha berjuang untuk mencari sesuap nasi.

Kata orang “kalau mempunyai saudari/saudara banyak bisa membantu untuk meringankan beban” tapi yang aku rasakan malah sebaliknya. Ya, tidak enak menjadi anak bungsu. Beban seperti berkali-kali lipat dari anak tertua. Rasa malu, rasa trauma dan rasa tidak enakanlah yang membuat beban itu semakin menjadi. Selama kuliah, aku sedikit demi sedikit mengumpulkan cuan. Alhamdulillah kuota sudah bisa beli sendiri, walaupun 1Gb saja. Bukan riyak’, tapi memotivasi saja akan sesuatu yang kecil bisa menjadi gunung yang indah. Yang menentukan takdirpun bukan kesempatan, tapi pilihan yang kita jalani.

 

“Kita Berharga Dimata Orang Yang Tepat Dan Diwaktu Yang Tepat.

Dan Ketika Lelah, Belajarlah Untuk Beristirahat Bukan Berhenti."


Capek? Iya. Stress? Apalagi. Rasanya aku harus ke psikologi deh. Sesakit ini rasanya. Toh nggak bisa ngapa-ngapain. Yaelah, mental aku kok sekarang lemah begini. Yang biasanya selalu memotivasi orang lain, malah aku yang jadi cun begini. Gimana ya supaya berani dan nggak mikir ekpestasi yang terlalu tinggi atau berlebihan begitu. Ahhh.... Ternyata benar bahwa kita semua sama-sama lemah ketika dihadapkan oleh masalah masing-masing. Tapi paling hebat menasehati orang lain. Sumpah, rasanya ingin cepat-cepat dilamar. Dilamar? What? Nggak punya pacar atau calon malah minta dilamar. Seperti, makin nggak waras. Setakut itukah aku? sampai minta dilamar orang.

Yok yokk yokkkk.....

Yakin pasti bisa......

Dosen juga manusia.

Benar kok, dosen sama kayak kita. Tapi kan ini beda cerita. Dosen memang manusia, tapi manusianya yang wajib dihormati. Seenggaknya tuh, kalau udah dihormati ya feedbacknya nggak perlu nilai yang tinggilah, menurut aku. Tapi feedbacknya adalah jangan selalu menyusahkan mahasiswanya aja. Apalagi kalau tergantung moodnya. Hapes deh tuh mahasiswanya, kalau nggak dimarahin pasti diusir. Disisi positifnya kan diajarkan buat disiplin. Hellowww, kalau mau ngajarin mahasiswanya disiplin u juga gitu dung. Inilah kenapa aku udah muak dengan sistem pendidikan di negara nih. Yang dihormati tidak mengerti apa yang mereka ajarkan. Yang menghormati malah mendapatkan perlakuan yang buruk. Kalau udah dapat perlakuan buruk, otomatiskan jadi pikiran yang buruk dan bisa ke etikanya yang juga ikutan buruknya. Auhh gelap.

Itu sedikit aje ya cerita di kampus aku. Maunya panjang sih, tapi nggak usahlah nanti dosen aku ada yang baca lagi. Takut aja gitu makin dipersulit skripsi atau TA, belum sidang aja udah mikir pengen nikah. Humzzz. Oh iya, kalau kalian ada yang sama nggak? Kalau ada yang sama, boleh dung dishare kolom komentar. Kalau berbeda pun boleh juga, kita sharing aja. Nggak dikasih tau ke dosennya langsung kok. Xixixixi.....

Sekali lagi selamat ya yang udah berkepala dua.

Jangan pernah pergi dari kehidupan aku. Aku nggak bisa sendirian tanpa kalian. Aku saja membuat cerita ini dari dirimu juga kok dan berani memulai karena ingin kau membaca tulisanku. Semua tentang dirimu orang-orang yang aku cintai. Dan aku ingin kau juga mengucapkan "selamat" agar aku bahagia, bukan malah mengucapkan "selamat" dan tinggal. Yang harus aku terima dengan ikhlas. Dirimu mungkin meninggalkan aku, tapi kenangan yang kau buat selalu datang menemui diriku.

 

“Kelak Setiap Kenangan Hanya Akan Berakhir Pada Ingatan”

 

Pagi itu sungguh indah ketika memikirkannya. Setelah aku mengetahui bahwa setelah pagi ada yang namanya sore, yang begitu menyakitkan. Selalu membuat diriku menunggu. Menunggu untuk diterima semua orang dan sedangkan aku yang tidak bisa menerima semua orang. Aku yang terus memaksakan diriku untuk melangkah lebih jauh lagi. Supaya aku bisa bebas dengan ekpestasi-ekpestasi yang berlebihan. Diumur seginilah aku merasakan sesuatu yang indah akan pergi perlahan-lahan.

Cinta sejati yang tak kunjung datang, teman yang entah kemana dan sedangkan sahabat yang sibuk dengan dunia yang barunya. Begitulah yang sekarang aku alami, berjalan yang tidak semulus kehidupan orang lain. Tapi aku menikmati proses tersebut. Dari, patah hati dengan cinta pertama yang tidak bisa aku genggam saat ini. Selama 10 tahun yang aku mengganguminya, sekarang aku hanya bisa menepi. Selama aku menggangumi itu, aku membuka hati dengan cinta yang lain, akan tetapi hanya sekedar singgah saja. Dan aku sangat lelah membuka kan pintu untuk seseorang, tapi tidak benar-benar dengan ucapannya. Aku sadar untuk menepi sejenak hati aku ini. Tak apa aku tidak bisa menggenggam tanganmu saat ini. Aku hanya bisa menggenggam kau lewat semua doa-doa dilangit.

 

“Tuhan maafkan diri ini, yang tidak pernah bisa pergi. Tuhan maafkan aku yang sesungguhnya sudah terlanjur untuk mencintai dia.”

Teman yang mengaku teman saja sampai saat ini pun aku tidak paham apa itu "teman". Saking banyaknya sekeliling ini, terlalu padat sampai begitu sesak. Tapi tidak ada satupun yang mensupport. Menikmati melalui cerita dari orang saja. Dan memasang topeng yang begitu tebal. Hanya demi perlombaan semata. Perlombaan? Ya, dari perlombaan angka diatas kertas sampai rela dengan cara cari muka didepan dosen. Itulah yang disebut burenk nggak berotak. Yaps, karena burenk berotak itu pakai cara yang etis bukan pakai cara egoisme dan keraskepala. Menemukan teman sejati sama saja dengan menemukan harta karun yang berharga.

Hidup saja bukan tentang dirimu sendiri, begitu pula di satu ruangan dengan niat menuntut ilmu. Bukan memperlombakan ilmu. Sampai disini paham? kalau nggak paham, di doakan saja manusia seperti ini. Supaya bisa melihat dan merasakan betapa kejamnya rasa menikmati proses sedikit demi sedikit. Bukan hanya langsung sempurna. Karena sejatinya, manusia biasanya tidak bisa melihat dirinya sendiri. Karena terlalu sibuk memperhatikan manusia lainnya. Sudah berkepala dua, tapi sangat susah untuk mendapatkan pertemanan yang benar-benar tulus. Tapi, dari mereka pun aku belajar untuk bisa merenungkan kekurangan dan kesalahan pada diriku. Awalnya sangat sulit dan lama-lama terbiasa juga menerimanya dengan ikhlas. Banyak teman yang memasang topengnya masing-masing. Tidak ada hak dan kewajiban aku untuk melepaskannya.

Akan saja, topeng tersebut salah dipergunakan oleh mereka. Salah satunya seperti contoh diatas. Padahal topeng tersebut akan menjadi yang terbaik ketika dipakai saat kau sedih, gagal dan mempunyai masalah. Itu tidak merugikan orang lain apalagi menyusahkan orang lain. Menurut aku wajar jika memasang topeng disaat sedih, karena kesedihan tidaklah perlu diumbar-umbar. Dan gagal pun cuman ingin kau berjuang lebih baik lagi. Siklus hidup, jadi jangan lari!. Banyakin berserah diri kepada Maha Pencipta (Allah SWT). Allah adalah perencana yg terbaik.

Jangan meniadakan hanya untuk menang. Jangan menikam namun seolah tak berbuat apa-apa. Jangan berpura-pura baik karena ingin dihargai dan jangan pula ambil sikap seolah telah menjelaskan sebab ingin menutupi kecurangan. Mereka yang seharusnya berada didekamu tidak seharusnya dilukai. Kebaikan memang tidak selalu dibalas dengan orang yang sama.

Hargai waktu kalian mencintai, membagi kasih bersama orang yang kalian cintai. Karena kalian tidak tau kapan waktu akan berakhir. Dan jangan menyuruh seseorang untuk kuat, nanti ada saatnya kuat juga. Cimiwww...

Diusia berkepala dua ini. Aku sangat bersyukur sekali karena Ramadhan tahun ini masih sama ditahun sebelumnya. Tidak mempunyai pacar untuk dibangunkan sahur, akan tetapi masih punya orangtua lengkap untuk membangunkan mereka sahur. Mama sangat semangat selama datangnya bulan suci dan bapak selalu mengingat untuk selalu sahur bersama walaupun kadang berbuka tidak harus lengkap dan hanya sahurlah yang wajib untuk bersama. Semoga kalian yang aku cintai dalam doa diberikan umur yang panjang sampai bertemu Ramadhan selanjutnya dan tunggulah aku yang ingin membelikan sesuatu hadiah dan tunggulah aku ketika bertemu jodoh aku Ma, Pa.

 

"Nasib saya ada di tangan Allah yang maha kuasa."

 

Kebahagiaan yang dibilang sempurna dilihat dari stories media sosial. Upload foto yang menurut aku begitu berharga untuk dikenang. Banyak kenangan diisi kepala yang hilang disebabkan oleh luka. Akan tetapi, sebuah foto atau video yang menutupi luka yang ada. Begitu pula dengan sebuah kenangannya. Sangat sempurna untuk bahagia, jangan sampai lalai terhadap kehangatan dari sebuah kenangan. Selalu ingat akan kesyukuran atas nikmat yang diberikan. Yang datang aku sambut, yang pergi. Pergilah aku tak ingin memaksakan genggaman itu. Pertemuan yang dibangun dengan kisah-kisah yang kuat akan menjadikan perpisahan terasa berat juga. Jika kau terus-menerus dalam kepurukan kenangan. Mereka yang meninggalkanmu pun demi orang baru, tidak memperdulikan dirimu.

Tapi ingat mereka yang telah pergi meninggalkanku selalu meninggalkan memori yang tidak pernah pergi. Sangat menyakitkan tapi harus tetap berdiri tegak. Tidak ada namanya kerinduan jika tidak ada jarak atau kepergian itu. Hehehehe.... Dan akan ada saatnya kita harus meninggalkan dan ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai. Mau itu tentang jodoh, pertemanan bahkan maut, Selalu bertahan dengan takdir. Itulah selama perjalanan berkepala dua ini. Banyak takdir yang tidak bisa ketebak, awal rencana jadi hancur berantakan dan mental sedikit ingin menyerah. Tapi jangan selalu menginginkan kesempurnaan dalam setiap proses. Nikmati proses walaupun prosesnya berjalan lambat, tidak apa untuk berjalan lambat tetapi tujuan kau sampai dengan tepat. Jangan tergesa-gesa untuk menjadi orang lain dan jangan terlalu melihat orang lain. Yang membuat gagal adalah keras kepalamu memaksakan diri menjadi sempurna. Dan lupa menjadi manusia atau memanusiakan manusia lainnya.

Mewujudkan impian itulah yang membuat hidup menarik. Kalau ditanya impian aku apa, aku hanya bisa menjawab: "hidup yang nyaman dan tenang bersama proses yang sedang berjalan". Sesederhana itu impian aku saat ini. Bahagia? pasti, karena impian juga lah yang membuat kebahagiaan sekecil itu. Tetap mencintai diri sendiri dan teteplah baik sama semua orang, sampai suatu saat keadaan yang mengasih tau sendiri mana yang pantas dibaikin mana yang nggak pantas buat dibaikin.  Mau hidup nyaman dan tenang ya harus mengalami naik gunung dulu. Dipersulit dan dikritik orang tetap jalani aja, biarpun menyeramkan.

Di umur kepala dua ini. Aku sudah mulai bisa mengendalikan egoisme dan keras kepala. Karena dari dulu aku nggak suka berdebat sih. Bagi aku berdebatan dengan manusia yang tinggi ego, sama aja berdebat dengan hewan. Lucu, imut dan menggemaskan patut sih buat ditertawakan. Prinsip aku ketika bertemu dengan orang seperti itu adalah tinggalkan aja perdebatan, meskipun aku yang benar. Xixixixi. Karena dirimu nggak perlu menghabiskan energi buat berdebat yang mendepankan egoisme. Pikirannya mau menang terus. Ingat aja, bahwa diriku sendiri saja sudah cukup baik untuk mengalah. Tak apa mengalah asalkan jangan minder ya. Fighting!

 

"Imagine your life the way you want it to be."

 

Soal umur, sudah dikatakan berkepala dua. Yang juga sudah menambah beban tanggung jawab. Aku selalu percaya bahwa, setiap umur berkurang. Tanggung jawablah yang semakin bertambah. Karena umur hanya memberikan rasa tanggung jawab yang harus dijalani setiap orang. Aku mungkin sangat ingin, tapi belum bisa dapatkan atau mungkin tidak inginkan sama sekali. Untuk apa yang dicita-citakan. Saat ini aku hanya fokus pada temukan kegembiraan Anda dan jalani!. Yapsss...

Sebagai penutup untuk terakhir kali; "Hei, selamat berkepala dua ya! semoga kau terus bahagia, menghargai, semakin perduli, percaya akan keajaiban dan lain-lainnya. Jangan bosan dengan dunia, lawanlah dengan keyakinan! Jangan menyerah, perjuanganmu tidak sampai disini saja. Okay!. Selalu ingat Tuhan pokoknya ya!"

Terimakasih untuk ucapan doa dan kebaikan yang teman-teman berikan. Maaf tidak bisa balas satu persatu kebaikannya, bahkan kebahagiaan yang dipamerkan di sosial media.

Buat kamu yang sudah berkepala dua.

Yuk kita berjuang sama-sama.

Ingat, dunia hanya sekali saja.

Jangan rakus, jangan egois sendiri dan jangan selalu melihat langit tapi lupa untuk melihat tanah. Kelak kita tak sengaja berjumpa. Aku penasaran, siapakah diantara kita yang senyumnya paling bahagia? Tunggu saja dengan proses.

Seeyouu~

Lovee~

 

"Setiap orang memiliki cerita dan privasi mereka sendiri. Jangan menilai seseorang dari cerita orang lain."


Comments

Popular posts from this blog

Kembali Lagi