Dunia Tipu-Tipu

 

Sudah akhir dari tahun 2020. Yang dimana rencana yang sudah dibuat, diawal tahun tepatnya dibulan Januari. Mendadak batal total dan hancur berantakkan. Kacau, hatiku juga kacau saat ini. Ingin berkata kasar dan ingin pergi dari kehidupan dunia. Rencana mendadak berantakkan yang tidak hanya aku saja yang merasakan, tetapi berskala nasional. Dan kata para manusia yang saling menguatkan, membangkitkan dan memotivasikan. Dan itulah membuatku, tidak terlalu terpuruk ditahun 2020.

Banyak pembelajaran yang aku dapatkan ditahun ini, seperti pandemic yang melanda bumi. Aku bisa mengatur keuanganku yang mulai menabung, aku bisa menciptakan hobi dan aku mendapatkan banyak waktu Bersama keluargaku. Memang benar, rasa bosan didalam rumah itu pasti ada. Cuman aku berusaha untuk tidak bosan didalam rumah. Kenapa? Tidak selamanya mendapatkan waktu yang dirumah saja. Sayang sekali, jika tidak memanfaatkan waktunya. Walaupun manusia lain tidak memikirkan kondisi ini. Kesedihan terburuk dari kehilangan saudara, tidak bisa merasakan kebahagiaan yang bebas. Banyak manusia yang meninggal, banyak pejabat yang haus akan jabatan dan uang, banyak bencana alam dan patah hati mendalam. Sekarang menggunakan masker adalah kewajiban manusia yang ada didunia, sekarang tidak hanya untuk orang yang bercadar. Tapi kita semua!!! Hinaan yang dulunya, sekarang seperti terjadi didunia ini. Entah kenapa, tapi aku percaya akan hal itu terjadi.

Aku adalah orang paling terlabil. Aku orang yang tidak percaya diri, dengan seseorang yang berada didekatku. Dan aku adalah seseorang yang paling tidak bisa memahami diriku sendiri. Saat ini, apa mauku? Dan apa maumu? Hatiku…

Saat ini, aku ingin menjadi diri aku yang dulu lagi dan aku masih berusaha menemukannya. Selama pandemi, aku mencoba membuka hati. Bukan karena kesepian, tetapi hanya ingin belajar dari manusia yang berbeda pandangan. Mungkin sudah bosan, dengan kata ‘pertemanan’ yang ujungnya berkhianat. Entah kenapa aku mencoba untuk menjaga jarak dengan manusia seperti itu.

Tolong jangan kau labil dan tolong jangan sakiti hati seseorang demi orang yang kau cintai. Walaupun cinta itu tidak berpihak dengan dirimu. Jujur aku bingung, bingung akan tidak kepercayaan diriku. Insekyurr??? Ya sangat, sangat insekyur. Dengan omongan orang lain, penampilan orang lain ataupun melihat kehidupan orang lain. Oh iya, aku lupa menjelaskan aku juga sangat bodoh. Bodoh yang insekyur akan kehidupan seperti itu. Memang benar, penyakit kalo tidak dari pikiran pasti dari hati juga. Huffft, maaf.

Ditahun 2020 ini banyak harapan cinta yang ingin aku rasakan hingga tua, sayang hanya ilusi belaka. Hanya sekedar ingin singgah, tidak ingin berjuang bersama. Itulah saat ini aku alami, seperti merasakan karma yang mendalam. Sedih? Tentu tidak, bagiku tidak pantas untuk bersedih dengan alasan seperti itu untuk pergi. Sayang? Yaps benar, udah terlanjur membuka hati yang selama bertahun-tahun menutup. Sekarang ini mungkin rasa sayang itu tidak direstui oleh Yang Maha Kuasa. Selalu saja disia-siakan perasaan hati. Entah kenapa aku sekarang sudah kebal dengan kalimat para lelaki, jika ingin mendekati aku lagi. Manis perkataannya, tetapi pahit dengan pikiran dan hatinya.

Ditahun 2020 banyak kejadian yang tidak aku harapkan, adanya pandemi yang harus berdampingan dengan virus yang bisa menghancurkan semua. Dirumah saja membuat diriku penat dan merasakan kerinduan mendalam yang ingin bertemu dengan teman-temanku. Setelah pandemi yang harus dirumah saja, aku menyadari bahwa satu persatu temanku juga pergi. Satu persatu teman-temanku melupakan dan satu persatu teman-temanku tidak perduli. Mau sedekat atau sefrekuensi apapun, pasti lost kontak pada waktunya. Ingin rasanya aku marah tapi yaudahlah ya.

“Selalu lebih baik dari yang kamu rasakan.”

Yaps, mungkin untuk melindungi diri dan keluarganya, akan tetapi apakah dia benar-benar menginginkan aku untuk setia saat ini? Dan haruskan aku menunggu dia untuk bisa berbagi waktu denganku? Entahlah, perasaan ini hancur. Aku hanya bisa melihat kebahagiaan yang di share dimedia sosialnya. Tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menguatkan diriku bahwa dia juga mempunyai kehidupannya sendiri. Bukan aku prioritas dia, tetapi orang lain.

Aku yang banyak berharap ditahun ini, tidak ada harapan untuk membangunnya kembali. Hanya kesedihan, kesedihan dan kesepian. Pengen egois, pengen cuek yang tidak memikirkan perkataan orang lain dan pengen mempunyai cinta yang tidak pernah disia-siakan. Tetapi itu mustahil, pergi satu persatu teman dan rasa sayang itu. Hanya keluarga yang masih setia mendampingiku, walaupun hanya seutas kertas yang aku tulis saat ini untuk menceritakan semua apa yang ingin aku sampaikan, pada tahun ini.  Pernah sepercaya itu dengan orang tapi malah dikecewakan.

Sama seperti aku menceritakan aib atau berbagi masalah dengan dirimu, tetapi kau malah menceritakannya kembali pada orang lain. Membuat rasa percaya itu hancur, ketika mengetahui bahwa niat yang baik tapi malah dipermalukan. Sangat baik, sayangnya salah cara saja. Memberikan nasihat dibelakang, malah tidak tahan dengan diriku dan pergi meninggalkan dengan alasan yang tidak masuk akal. Dan aku baru menemukan manusia yang seperti itu ditahun ini. Capek rasanya ditahun ini, sama seperti ditahun-tahun sebelumnya. Cerita yang sama, alur juga sama cuman pengalaman saja yang berbeda. Pengalaman itu aku sangat syukuri, karena apa? Karena aku bisa berhati-hati dan merubah ceritaku terhadap manusia lainnya. Bahagia yang sangat sebentar, otak yang ingin meledak dan hati yang sangat tidak bisa dipahami. Tangisan yang selalu membasahi pipi ditiap tidurku, Yaallah maafkan aku tidak bisa sekuat apa yang aku tunjukkan kepada orang-orang. Salah diriku juga yang selalu mendengarkan perkataan orang lain dan salah diriku juga yang selalu melihat kehidupan orang lain. Aku hanya ingin ada orang yang selalu menjadi tempat kesedihan diriku. Bukan keluargaku dan bukan kedua orangtua ku, Yaallah.

“Kita semua pada akhirnya menjadi memori bagi semua orang. Jadilah kenangan yang baik bagi orang lain.”

Manusia secepat itu melupakan dirimu, hanya datang disaat butuh dan hanya datang disaat bahagia. Tidak bisa memaksakan itu semua, tetapi aku ingin selalu ada manusia disampingku. Disaat aku butuh dan disaat dia juga butuh sandaran. Aku sudah lama menjadi tempat sandaran, sampai telinga ini tidak ingin menampung keluh mereka disaat ada maunya saja. Ketika masalah itu udah selesai, mereka lupa mengajak aku untuk berbahagia bersama. Kau tidak akan pernah tahu nilai dari suatu momen, sampai momen itu menjadi kenangan. Begitulah endingnya. Cuman ending ditahun ini belum sampai disini. Aku saja sampai saat ini belum tau ending ditahun ini seperti apa. Dari awal hingga saat ini, banyak siap bila kesedihan itu datang secara tiba-tiba. Tepat di tanggal puluhan aku tidak bisa merasakan apapun.

Mati rasanya, hampa rasanya, dan sedih rasanya. Tidak adakah kebahagiaan? Rasanya terlalu cepat untuk pamit ditahun ini. Belum sempat berjuang secara penuh dan belum sempat berucap “terima kasih manusia, yang sudah mengajarkan pengalaman hidup yang ada”. Hidup itu seperti film di mana tidak ada yang pernah melihat akhirnya. Beberapa orang mengira mereka tahu akhirnya karena mereka telah membaca teori populer, tetapi sampai kita semua melihat akhirnya. Aku pikir yang terbaik adalah berempati kepada sesama penonton, tutup mulut, dan nikmati filmnya. Apakah mungkin terjadi atau tidak sama sekali?. Aku yang belum pantas untuk menjadi teman, sahabat dan pacar yang baik. Banyak lika-liku yang sudah aku jalani, hingga aku bertemu dengan kesedihan. Berbeda dengan kesedihan yang ditahun sebelumnya, ini berasa sakit. Sakit sekali untuk dijelaskan, trauma yang sempat mengecil sekarang malah terbuka lagi.

Semakin lebar hingga akupun tidak tau harus bagaimana untuk menghilangkan bekas luka. Aku berfikir setiap saat, bahwa seiring bertambah dewasa aku akan membersihkan kehidupan dari orang-orang yang tidak pantas aku anggap sebagai teman. Memang asik mempunyai teman, teman yang tidak pernah meninggalkan teman yang tau akan cerita kita dan teman yang selalu ada menjadi sandaran. Tidak pernah komunikasi lagi, mungkin itulah yang membuat aku atau mereka merasakan kecemburuan melihat satu sama lain yang sudah bertemu manusia baru. Ditahun 2020 banyak karakter manusia sudah mulai terlihat. Mau berbuat baik pun harus mikir beribu kali. Kenapa? Karena sebanyak apapun kebaikan yang kita lakukan hanya karena satu kesalahan. Orang-orang hanya mengungkit kesalahan. Lupa sama kebaikan yang diberikan. Mungkin aku yang terlalu over negative. Tapi maaf luka yang membesar ini menjadikan diriku untuk bertahan dengan negative think. Sekarang atau besok aku tidak tau.

Apakah aku akan berubah atau sama saja. Toh, memendam sesuatu tidaklah mudah buat berjalan. Memang benar, harus terbuka dengan manusia lainnya. Akan tetapi, tidak patut juga kau menceritakan ke orang lain lagi. Karena akupun belum mengetahui kehidupan aslinya dari manusia lain. Aku yang cuek, hanya bisa memendam dan tidak enakkan dengan orang lain. Tapi aku berusaha untuk bertahan dengan penuh luka. Sampai saat ini aku masih terus akan kuat.  Kadang ada aja orang yang ngerasa paling tau tentang kita, padahal yang kau tau sekadar cerita, itu juga hanya beberapa potongan cerita.

“Pura-pura bahagia lebih baik daripada menceritakan kesedihan kepada orang lain.”

Beberapa orang ingin terlihat hebat dan menonjol di antara yang lain, tetapi lupa bagaimana memanusiakan orang lain. Orang-orang sekarang tidak peduli karena berjalan dengan baik. Dan selalu berfikir bahwa orang banyak bicara, ketika mereka ingin terlihat pintar. Saat ini yang aku lakukan bahwa jangan pernah menganggap dirimu bodoh, cuma karna kau gagal. Bahkan orang pintar sekalipun bisa dikalahkan oleh orang yg beruntung. Tapi jangan hanya berharap pada keberuntungan. Yang penting kau berusaha, dan semangatmu selalu ada. Sering dijatuhkan dengan manusia lain, itu yang sebenarnya membuat semangat terus ada. Walaupun selalu terpikirkan akan perkataan orang lain dan ingin membuat otak aku meledak. Dan aku yakin, aku bisa bertahan dan terus maju melangkah.

Kadang, aku suka bingung dengan manusia yang penuh kasmaran. Mengaku sebagai teman, tapi lupa ketika mempunyai pasangannya. Disaat aku butuh sekedar meminta waktu untuk berjalan-jalan, kau malah bilang “aku sibuk”. Bosan dengan perkataan itu dan sebenarnya terjadi juga adalah kau sibuk bersama dia dan sibuk dengan manusia baru lainnya. Disaat kau butuh waktu aku, aku selalu siap meluangkan waktu. Sekeras-kerasnya aku, aku tidak pernah menolak walaupun isi dompet aku sedang krisis. Sesibuk-sibuknya aku, masih ada waktu untuk nyempatkan segala sesuatu demi kau. Sekarang, waktu itu nggak ada lagi untuk aku korbankan demi kau. Itu dari sikap yang kau buat, udah menyakinkan aku bahwa selama ini waktu berharga aku demi kau adalah sia-sia. Aku nggak ingin menjadi teman yang datang seenaknya aja atau tempat persinggahan. Aku egois! Tapi aku ingin bilang "jangan pernah pergi, aku membutuhkan kamu!". Disaat aku butuh tempat bercerita, malah kau berbalik membandingkan masalah cerita. Hidup emang egois, keras kepala dan membingungkan.

Ditahun 2020, aku berharap tahun terakhir aku merasakan perasaan yang tidak bisa di jelaskan ini. Aku sangat berharap ditahun berikutnya tidak memiliki cerita yang sama. Karena aku ingin membuat cerita yang berbeda. Aku bosan dan aku muak dengan semua cerita hidup aku ini. Selalu saja ada yang pergi, selalu saja ada perpisahan dan selalu saja ada luka yang terus disobek oleh manusia. Aku berharap aku bisa membuat seseorang bangga memiliki aku. Tidak hanya kedua orangtua aku saja. Tetapi semua orang yang mengenali diriku. Mengenali karakter aku, dan aku siap bercerita semuanya. Jujur aku sangat tidak tahan akan cerita. Pikiran dan hati mulai capek menghadapi manusia-manusia. Merasakan tidak ada ruang untuk aku seorang diri bersama-sama. Haruskah untuk mendapatkan sesuatu, aku harus kehilangan sesuatu terlebih dahulu?. Oh aku tidak kuat.

Jangan terus menerus melihat bintang di langit yang indah. Lihatlah kaki yang tersangkut di selokan. Tidak apa-apa menjadi berbeda dari manusia lain. Tubuh tidak bisa berbohong. Saat terluka, tubuh akan menangis. Namun, hati bisa berbohong. Saat hati terluka, hati mampu terdiam. Tidak semua yang kau ketahui harus diketahui oleh orang lain karena terkadang hidup adalah tentang belajar dan mencari tahu. Itulah manusia lupa akan kepedulian manusia yang didekatnya. Karena kau yang terlalu fokus sama tujuan dan cita-cita sampe lupa untuk menikmati prosesnya.

Aku yang tidak good looking dan selalu dibully. Untuk mencoba membaur dengan manusia lainnya saja, rasanya selalu ditusuk-tusuk. Pengen dilihat oleh orang-orang malah dicampakkan oleh orang-orang itu sendiri. Merasakan bahwa kemampuan dan skill aku tidak berguna. Jadi, untuk apa aku hidup didunia ini? sempat terlintas di pikiran aku. Astagfirullah, aku sangat-sangat bersyukur bahwa aku bisa dapat bertahan sampai saat ini. Toh, cantik belum tentu bahagia juga kan. Mungkin aku tidak terlihat cantik di mata manusia, tetapi aku mencoba untuk terlihat cantik melalui hati aku sendiri. Tidak diterima oleh manusia dibumi ini juga tidak apa-apa. Asalkan hati aku selalu cantik dimata Tuhan. Hidup akan penuh dengan kekecewaan, kesalahan, kegagalan, kekurangan bila terus-menerus memikirkannya.


 

"Tempat dimana seseorang memikirkanmu, di situlah rumah.”

- Jiraiya –

Arti keluarga dibenakku adalah saling menjaga. Agar keluarganya tetap dilindungi Allah SWT. Tidak keluarga yang sedarah atau serahim. Keluarga yang tidak serahim pun, jika dijaga pasti dilindungi. Aku percaya itu semua.

Saat ini dunia adalah sebagai telephone pintar. Yang hanya mengetahui seseorang dari dunia maya/dunia media social. Padahal media social membuat menjadi stress dan salah mengartikan. Orang lain hanya memandang dan membandingkan hidupnya dengan melalui media social. Mau kau bahagia, mau kau bisa membeli semua barang mahal dan mau kau ingin menjadi dia. Itu semua mustahil. Karena hanya sebatas media social saja, kau berani mengomentari dan bercerita kepada manusia lainnya tanpa sesuai dengan kebenarannya. Jujur aku sangat kecewa jika ada manusia yang dekat dengan aku atau teman dekat aku seperti itu. Aku cuman bisa tersenyum dan tidak segan-segan menyindir dia melalui media social aku. Karena apa? Yang lebih dihargai adalah media social ketimbang nasihat yang aku lontarkan. Daripada aku membuang energi dan marah-marah nggak jelas di depan manusia itu. Mending aku langsung membuatnya dimedia social aku.

Mau dibenci seribu pengikut aku dan mau dipuji seribu pengikut aku. Aku tidak perduli. Aku hanya ingin membagikan kebahagiaan aku dimedia sosial aku. Tidak lebih dan tidak kurang. Hanya itu yang bisa aku perbuat, bahwa teman-teman akupun hilang entah kemana. Ingin mengobrol di media sosial aku sangat canggung. Apalagi bertemu saat ini, entah semakin canggung atau semakin…. Hmmm yaudahlah, positif saja. Aku semakin insekyur untuk membagikan kebahagiaan aku di social media, karena apa? Setiap aku membagikan kebahagiaan aku, aku merasakan bahwa teman-temanku semakin menjauh. Dan semakin perduli dengan aku, melalui orang lain. Bukan langsung kepada diriku tapi bertanya kepada orang lain dulu yang sekarang dekat dengan aku. Entah kenapa, mereka tidak bertanya dengan aku langsung. Apakah mereka tidak enak juga untuk kepo kehidupan aku? Atau dan atau entahlah. Aku pun bosan menghadapi dunia seperti ini.

Liburan singkat bersama keluarga tercintah, membuat diriku bahagia sebentar dan membuat diriku kembali memakai topeng lagi. Bukan tidak mau bahagia tulus bersama keluarga. Aku sudah berusaha untuk bahagia dan mencintai keluargaku sendiri. Aku terlalu banyak berbohong sampai aku harus menutupi kesedihan aku dengan topeng kebahagiaan. Bagi aku liburan hanya melepaskan penat pada pikiran yang seperti sarang nyamuk ini. Dan aku bersyukur, walaupun sebentar aku masih bisa merasakan liburan bersama keluarga yang utuh. Aku berdoa kepada Allah SWT “Jika liburan ini adalah liburan terakhir bagi kami, aku ikhlas Tuhan. Aku ikhlas semua kehendak rencanamu, tapi berikan aku ketegaran untuk melanjutkan kehidupan. Karena aku tidak bisa hidup sekuat ini tanpa keluarga aku, Tuhan”. Melihat senyum lebar ketulusan dari seorang ibu dan senyum terharu dari seorang bapak yang sudah lepas dari tanggungjawab pekerjaan. Aku sangat menikmati hari tua mereka, aku bercita-cita untuk tahun yang akan datang seterusnya. Bahwa aku sangat mencita-citakan ibu dan bapakku bisa menikmati hari tuanya mereka. Tidak hanya ini dan tidak hanya liburan yang masih satu pulau saja. Tapi aku ingin membawa mereka berjalan-jalan di luar pulau, dan aku ingin mengajak mereka berkeliling Negara Indonesia ini. Semoga Allah merestui dan mengizinkan aku mencapai cita-cita ini. Aamiin…

Ditahun yang amat berat bagi aku. Liburan yang masih bimbang akan corona, kegiatan yang ingin dilaksanakan tertunda karena pandemic dan dipersulit akan sesuatu karena pandemic corona ini. Semakin sedih rasanya dan semakin di uji akan kehidupan. Melihat dokter yang berjuang dalam membantu masyarakat yang terkena virus dan dirawat hingga sembuh. Tapia da saja manusia yang haus akan selembar kertas. Mempunyai jabatan yang memanfaatkan kesempatan pandemic ini, untuk mengambil uang rakyat atau mempersulit rakyatnya sendiri. Di tahun 2020, penggangguran dimana-mana, PHK juga dimana-mana. Akan tetapi pekerja dari Cina atau luar diberikan kebebasaan di Negeri ini. Bingung, marah dan ingin rasanya pergi dari Negeri ini. Sayangnya itu hanya pikiran amarah pada manusia yang hobi menghancurkan Negeri ini. Rasa cinta terhadap Negara ini lah yang membuat aku bertahan pada amarah. Melihat berita yang tidak masuk akal dan mendengarkan para manusia yang sudah mulai rakus. Itulah Negara dan itulah dunia tipu-tipu. Rakyat yang dibatasi mengkritik pemerintah dan rakyat yang dibungkam akan keadilan. Yaps itu hanya manusia. Masih ada Tuhan yang mengetahui segalanya. Dan hanya Tuhan yang akan membalas semuanya.

Selama perkuliahan online, disitulah aku merasakan bahwa dosen-dosen main seenaknya saja. Jadwal yang sudah ditetapkan berubah seperti tidak mengingat kondisi mahasiswanya. Peraturan yang mereka buat tapi mereka juga yang melanggar. Sampai permasalahan mereka juga dibawa-bawa dalam proses mengajar. Memang, setiap manusia juga mempunyai permasalahan hidupnya sendiri. Tapi tidak etis ketika melampiaskannya kepada manusia yang berniat baik. Mengikuti perintahnya, seakan kami seperti boneka yang dimainkan selama daring ini. Dan barulah kami bersikap seperti binatang buas, berbagai cara untuk menangkap mangsanya. Aku yang lelah bersaing dengan angka, semakin ekstra kemalasannya. Sudah semakin tidak sehat persaingannya. Merasakan tidak adakah kebebasan dalam menemukan jatidiri yang sebenarnya?. Oh tidak. Masuk kedalam system, rasanya ingin meronta-ronta. Ahhh mantappp….

“Politik itu jika tidak sepahit mengambil keputusan. Maka politik tersebut tidaklah politikus yang sebenarnya. Jika anak muda tidak perduli politik, akan ada timpang atau kehilangan. Dan paham akan politik , tetapi bukan politikus.”

Dan itulah kisah di tahun yang berakhir. Banyak kejadian yang tidak bisa dijelaskan satu persatu selama setahun. Dari bulan Januari hingga bulan Desember tidak ada yang beda. Capek? Iya. Sudah mau berganti tahunpun aku tetap tidak tau akhir dari cerita ini. Beberapa hal memang tidak berjalan sesuai rencana. Mau happy ending atau sad ending, kalianlah yang menilainya dan aku hanya bisa menuliskan cerita yang aku alami. Hehehehe! Tidak semua hal harus diceritakan atau dimasukkan ke story, kadang cukup di memori atau digaleri. Tidak semua hal juga harus dimasukan hati, cukup dianggap basa-basi. Hanya saja aku belum mampu untuk bersikap bodoamat yang sebenarnya pada pikiran. Aku selalu bersyukur di setiap tahunnya. Menjadikan aku lebih baik dan lebih belajar dari sebuah cerita dunia tipu-tipu.

Aku sering lupa bahwa keterampilan yang kita butuhkan untuk survive dan bahagia menjalani hidup adalah: Belajar dari pengalaman dan Memaafkan pengalaman. Aku berharap di tahun yang akan datang. Berjalan sesuai rencana dan Tuhan merestui rencana itu semua. Jika tidak, aku ikhlas dan aku selalu percaya bahwa rencana Tuhan selalu indah pada akhirnya. Tidak ada kejadian mendadak hancur sebab virus yang mematikan. Tahun 2020 yang berakhir. Bukan cerita berjuang dan bertahan yang berakhir.

Maaf dan Terima kasih yang aku mampu ucapkan. Dari hati yang paling dalam, aku senang jika kalian memahaminya. Aku lebih senang ketika kalian mampu mengkritik tulisan ini. Karena aku hanya ingin berbagi cerita bukan untuk memaksakan bersama. Sudah mendukung aku teman-teman online, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan menjadi tempat sandaran aku yang kehilangan arahnya. Salam dari aku yang masih banyak kekurangannya.


Comments

  1. “Kita semua pada akhirnya menjadi memori bagi semua orang. Jadilah kenangan yang baik bagi orang lain.”

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kembali Lagi