Persaingan Angka
Semua orang pengen mempunyai hasil yang memuaskan.
Semua orang
pengen mempunyai nilai yang sangat berharga.
Semua orangpun bisa jadi ingin terlihat sempurna dipandangan orang lain.
Akan tetapi
tidak semua orang bisa memandang sesuatu yang menilai itu adalah persaingan
sehat.
Bukti nyata
yang sudah dirasakan selama ini adalah diwaktu pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikanmu, semakin kau tidak waras untuk mencapai kepuasan dirimu
sendiri. Itulah didunia pendidikan. Nilai
adalah segalanya, nilai yang selalu dihargai dan dinilai yang selalu dipandang
cerdas atau tidaknya. Padahal padahal dan padahal. Tidak semua nilai dapat
dipercayai. Kemampuan remaja didalam dunia pendidikan, banyak yang tidak sesuai
dengan nilai yang mereka dapatkan. Contohnya saja seperti nilai angka yang selalu
dihargai daripada nilai kejujuran. Miris itulah kenyataannya, bersaing hanya
demi sebuah angka. Angka yang tidak nyata, 1 sampai 100 hanya manusia yang
paling bisa membuatnya.
Sangat begitu
sederhana. Angka yang bisa saja digunakan ditempat sewajarnya digunakan, bukan
untuk di dunia pendidikan. Jujur, aku tidak setuju ataupun merasakan keikhlasan
selama menempuh pendidikan. Tidak waras pikiran ini, aku yang sudah melakukan
kejujuran tetapi aku selalu tertinggal dimata orang lain. Bahkan, sampai
dikatakan "kok kamu bodoh, dapet angka segini aja bangga". ‘Helloo aku juga manusia, bambankk'
didalam hatiku. Rasa tidak ingin menuntut ilmu lagi. Itu yang selalu dibenakku.
Tetapi cita-cita terus berjalan seiring waktu akan menua. Memang benar bahwa
setiap pengorbanan membutuhkan proses yang akan membuahkan hasil. Sayangnya
semua orang pun mendefinisikan bahwa setiap proses itu adalah sebuah angka,
bukan nilai yang bermanfaat.
Sekarang aku semakin
tidak percaya diri atau insecure. Bagiku saat sekarang, menjadi mahasiswa bukan
soal tingkat yang paling atas. Prinsip aku bahwa mahasiswa yang sukses adalah
mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri. Percuma IPKnya tinggi tapi tidak bisa
menyesuaikannya. Persaingan angka menurutku, boleh-boleh saja. Selalu ingat
juga kalau memiliki batas wajar, jangan sampai tidak jujur dan membenci orang
yang melebihi pencapaian kita. Hanya kita yang tau batas kemampuan kita, bukan
hanya dari persaingan angka. Apapun yang bersangkutan dengan angka, kita akan menjadi orang yang curang. Pasti akan tergoda untuk melakukannya.
“Penilaian
Anda akan menghakimi Anda dan mendefinisikan Anda.”
-
Jean-Paul Sartre
Seharusnya, didunia
Pendidikan tidak mengutamakan angka. Tetapi nilai yang jujur dan juga bisa
bermanfaat. Persaingan angka tidak bisa merasakan diri sendiri yang puas dengan
pencapaian diri sendiri. Melainkan merusak psikis dan kesehatan lainnya dalam diri
sendiri. Teman yang seharusnya menguatkan dan saling memenuhi kekurangan diri
sendiri. Sekarang hanya imajinasi, bukan menguatkan tetapi menjatuhkan dari
belakang. Tidak mendukung, malah berkompetisi. Heiii, angka tidak bisa mengukur semua kebahagiaanmu. Jangan lupa semua layak mendapatkan kebahagiaan.
Jadi diri
sendiri itu tidaklah mudah, tanpa bantuan orang lain. Ketika aku hanya akan
pantas mendapatkan yang terbaik darimu, aku menjadi yang terbaik dari diriku
juga. Wajar semua orang berkompetisi, tetapi tidak dengan sebuah angka. Kalau memang
teman, dia bakalan mencari sisi baiknya dirimu. Semua hanya mengenal persaingan
angka, tetapi mereka lupa bahwa banyak orang yang baik membutuhkan dukungannya.
Semua pada sibuk persaing dengan angka, tetapi mereka lupa bahwa kesibukkan
mereka akan merusak diri. Pliss, jangan terlalu fokus dengan angka, angka akan membuat hubungan kita (sosial) menjadi sempit.
Berpendidikan
itu untuk mengupgrade pemikiran kita. Walaupun sistem didalamnya yang tidak
sesuai dengan kemampuan seseorang. Efek negativ adalah malas untuk belajar.
Belajar tidak hanya membaca buku pelajaran yang setebal novel, duduk manis
mendengarkan penjelaskan guru atau mengikuti ujian agar mendapatkan nilai angka.
Tapi belajar juga bisa dari pengalaman yang lain, misalnya menuangkan perasaan
melalui tulisan atau berdiskusi dengan orang yang diatas kita. Dunia emanglah
tempat ketidakpuasan, makanya manusia sekarang banyak serakah. Semua dinilai
melalui angka.
Aku sudah
terlahir didunia dan aku juga terjebak didalam dunia yang dipenuhi manusia yang
tidak ingin dikritik, melainkan kepuasan angka yang palsu. Salah mengartikan,
membuat kepalsuan menimbulkan manusia cepat berubah. Angka hanyalah sebuah
motivasi, bukan persaingan. Belajar belajar dan belajar, harus belajar
bagaimanapun caranya!. Jangan patah semangat bila kau tidak mencapainya, jika
pencapaian kau hanya segitu. Jangan lupa selalu bersyukur, berdoa dan berusaha
lagi. Upgrade terus!. Karena pengalaman berharga dari sebuah angka.
“Mungkin aku akan melihatmu di kehidupan lain, jika yang ini tidak cukup.”
Sampai disini dulu guys. Bukan untuk menyudutkan satu pihak, hanya ingin berbagi cerita. Karena aku hanya bisa mengikat ilmu dengan cara menulis.
Ego dan keras
kepala sifat yang biasa ditemui setiap manusia. Tapi sifat peduli, jujur dan
dewasa dalam berfikir ataupun bertindak, itu jarang ada pada diri manusia. Bertemanlah
dengan orang-orang yang membuat dirimu instan yang baik atau berkembang.
Tulisan ini tidak hanya tentang persaingan atau kompetinsi. Yang juga ada
tentang batasannya. Cerita penyeselan, kekecewaan dan marah tapi harus dijalani
dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Selalu lebih baiklah dari yang kau rasakan. Kepuasan hanya sementara, tapi pengalaman dan mempunyai cerita bersama sahabat itu akan sampai pada anak dan cucu. Pepatah mengatakan ambil baiknya, buang buruknya. Jangan selalu menghakimi seseorang!
See You Next -
Comments
Post a Comment